ROMANSA
Salah satu murid lelaki kelas 5 yang bernama Mbob, selalu saja nyinyir mengenai teman perempuan di kelasnya yang bernama Mimi. Apapun yang dilakukan Mimi tak pernah luput dari perhatiannya dan kenyinyirannya. Semuanya seperti serba salah. Mimi pitanya norak lah, Mimi pekerjaannya tidak rapi lah, Mimi suaranya cempreng lah. Kadang Mbob mengganggu Mimi, menarik kuncir rambutnya atau menyembunyikan pensilnya.
Kalau Mimi marah, Mbob makin nyinyir mengatai Mimi cerewet dan cengeng. Gengges dan ngeselin banget pokoknya si Mbob ini. Sampai pada suatu ketika, puncaknya Mimi dibuatnya menangis saking kesalnya diganggu tapi juga disalahkan terus.
Aku mengusap punggung Mimi untuk menenangkannya. Para sahabat Mimi mengerubungi gadis kecil berpipi kemerahan itu. Mereka mengomporiku untuk menghukum Mbob sekeras-kerasnya, mengusirnya keluar dari kelas. Mereka bilang nggak ngerti kenapa kok Mbob benci banget sama Mimi.
Sementara itu sang tertuduh, tertunduk salah tingkah. Mungkin bersiap kumarahi atau kuusir dari kelas. Dengan air mata dan ingus yang mengalir sama derasnya, Mimi terisak bertanya pada Mbob apa sih sebenarnya salah yang dia lakukan hingga dinyinyiri terus olehnya, “Memangnya aku salah apa sih sama kamu sampai kamu sebel banget sama aku?”
Mbob malah sengit membela diri mengatakan ini itu yang tidak relevan dan tidak menjawab pertanyaan Mimi. Mendengarnya aku jadi ikut kesal. Sengaja aku menyeletuk,
“Mbob itu mengganggu Mimi bukan karena benci, Mi. Dia begitu itu karena perhatian sama kamu. Dia sengaja ingin diperhatikan.”
“Hah?”, Mbob melongo mendengarku mengatakan hal itu dengan kalem.
“Iya kan? Kamu tau kapan Mimi pitanya norak, kamu tau kalau Mimi kerjanya tidak sebagus biasanya. Kamu selalu tau banget keadaan Mimi. Itu apa namanya kalau bukan perhatian? Sahabatnya aja tidak ada yang sadar itu. Mungkin Mbob suka temenan dengan Mimi tapi nggak tahu gimana cara menunjukkannya. Padahal ya kalau mau berteman kan tinggal bilang aja.”
Mbob dan Mimi mendadak terdiam mendengarku bilang begitu. Wajah keduanya memerah. Tak kusangka Mbob menimpaliku,
“Miss kok bisa tau sih perasaan aku?”
Aku terkejut namun juga terbahak geli. Teman-temannya melongo kaget dan ribut bertanya,
“Mbob, beneran? Jangan-jangan kamu emang naksir Mimi ya?”
Yang ditanya mengangguk malu-malu dengan muka merah padam cengengesan. Kelas mendadak riuh menanggapi pengakuan Mbob. Mimi menghentikan tangisnya dan berujar sambil tersipu malu,
“Ih, kenapa nggak bilang aja sih? Dasar cowok! Padahal aku juga suka kok sama Mbob.”
*Lahhh!
Dan lagi-lagi buguru kalah canggih dalam hal modusch memodusch